8 Atlet eSports Wanita Dengan Penghasilan Tertinggi Di Dunia Pada 2024

Pada tanggal 30 Desember 2024, dunia eSports menyaksikan peningkatan signifikan dalam partisipasi dan prestasi atlet wanita. Dalam laporan terbaru, delapan atlet eSports wanita dengan penghasilan tertinggi di dunia telah diidentifikasi, menunjukkan bahwa mereka tidak hanya berkompetisi di tingkat tinggi tetapi juga meraih pendapatan yang mengesankan dari karir mereka.

1. Sasha “Scarlett” Hostyn

Sasha Hostyn, yang lebih dikenal dengan nama panggilan Scarlett, merupakan pemain profesional StarCraft II asal Kanada. Dengan total pendapatan lebih dari $400.000, ia menjadi salah satu atlet wanita terkaya di dunia eSports. Keberhasilannya dalam berbagai turnamen internasional menjadikannya ikon dalam komunitas game.

2. Vi “VKLiooon” Xiaomeng

Vi Xiaomeng, atau VKLiooon, adalah pemain Hearthstone asal Tiongkok yang mencatatkan sejarah sebagai wanita pertama yang memenangkan turnamen global Hearthstone. Pendapatannya mencapai sekitar $300.000, menjadikannya salah satu atlet wanita paling sukses dalam sejarah eSports.

3. Kat “Mystik” Gunn

Kat Gunn, lebih dikenal sebagai Mystik, adalah pemain League of Legends dan streamer terkenal. Dengan total pendapatan sekitar $250.000, Mystik telah membangun karir yang sukses baik sebagai pemain maupun konten kreator di platform streaming.

4. Rumay “Hafu” Wang

Rumay Wang, atau Hafu, adalah mantan pemain League of Legends dan saat ini dikenal karena keahliannya dalam Among Us dan Teamfight Tactics. Pendapatannya diperkirakan mencapai $200.000, berkat popularitasnya sebagai streamer dan partisipasi dalam turnamen.

5. Ricki Ortiz

Ricki Ortiz adalah pemain profesional Street Fighter yang telah berkompetisi selama lebih dari satu dekade. Dengan pendapatan sekitar $150.000, Ortiz adalah salah satu wajah paling dikenal dalam komunitas permainan pertarungan.

6. Nina “Nina” Qual

Nina Qual adalah pemain Valorant yang sedang naik daun dengan pendapatan sekitar $120.000. Ia dikenal karena keterampilannya yang luar biasa dan telah menarik perhatian banyak penggemar serta sponsor.

7. Kim “Geguri” Se-yeon

Geguri adalah pemain Overwatch asal Korea Selatan yang terkenal karena keterampilan luar biasanya sebagai tank player. Pendapatannya mencapai sekitar $100.000, menjadikannya salah satu atlet wanita terkemuka di dunia eSports.

8. Sarah “Sarah Lou” Harrison

Sarah Harrison, yang dikenal dengan nama panggilan Sarah Lou, adalah streamer dan pemain FIFA. Dengan pendapatan sekitar $90.000, ia telah berhasil membangun basis penggemar yang kuat melalui konten gaming-nya.

Dengan meningkatnya jumlah atlet eSports wanita dan pendapatan mereka yang mengesankan, semakin jelas bahwa perempuan memainkan peran penting dalam industri ini. Keberhasilan mereka tidak hanya menginspirasi generasi mendatang tetapi juga menunjukkan bahwa eSports adalah arena kompetitif yang terbuka untuk semua orang, tanpa memandang gender. Semua mata kini tertuju pada bagaimana para atlet ini akan terus berkembang dan berkontribusi pada dunia eSports di masa depan.

Atlet MLBB Putri Soroti Kurangnya Eksposur Ke Skena Esports Perempuan Di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan esports di Indonesia telah menunjukkan tren yang sangat positif, terutama di dunia Mobile Legends: Bang Bang (MLBB). Namun, meskipun ada banyak perhatian pada skena esports Indonesia, atlet MLBB perempuan menyoroti kurangnya eksposur terhadap mereka di dunia yang didominasi oleh atlet pria. Hal ini menjadi tantangan besar bagi banyak atlet putri yang ingin berkembang dan dikenal di dunia esports.

Atlet MLBB putri seperti Sarah “Sophie” Pratiwi menyatakan bahwa meskipun Indonesia memiliki banyak talenta perempuan di dunia esports, mereka seringkali tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk tampil di panggung yang besar. Sophie, yang telah berkompetisi di berbagai turnamen MLBB, mengungkapkan bahwa promosi dan dukungan untuk tim esports perempuan masih sangat terbatas. Tidak banyak event atau sponsor yang khusus mengangkat tim wanita untuk tampil di depan publik luas. Hal ini mengakibatkan rendahnya visibilitas atlet putri dan kesulitan dalam meraih pengakuan yang setara dengan atlet pria.

Sophie menambahkan bahwa untuk menciptakan kesetaraan dan membuka peluang lebih besar bagi atlet perempuan, organisasi esports di Indonesia perlu memberi lebih banyak ruang bagi mereka untuk tampil, baik dalam bentuk turnamen khusus maupun kolaborasi dengan sponsor. Turnamen esports yang lebih inklusif dapat membuka lebih banyak peluang bagi pemain perempuan untuk menunjukkan kemampuan mereka tanpa terbatas oleh stereotip gender. Ini penting agar para atlet perempuan dapat berkembang dan mencapai potensi terbaik mereka.

Jika eksposur terhadap skena esports perempuan ditingkatkan, hal ini dapat membawa dampak positif tidak hanya untuk atlet perempuan, tetapi juga untuk perkembangan esports Indonesia secara keseluruhan. Atlet perempuan yang lebih terlihat akan dapat menjadi panutan bagi generasi muda, mendorong lebih banyak perempuan untuk terlibat di dunia esports, dan membantu mengurangi kesenjangan gender yang ada dalam industri ini. Selain itu, dengan lebih banyak dukungan dan investasi, para atlet perempuan dapat berkompetisi lebih serius, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas dan kompetisi di dunia esports Indonesia.

Kekurangan eksposur dan dukungan terhadap skena esports perempuan di Indonesia merupakan masalah yang perlu segera diatasi. Dengan meningkatnya kesadaran dan perhatian terhadap isu ini, diharapkan lebih banyak peluang dan platform bagi atlet perempuan dapat terbuka, memberikan ruang yang lebih luas untuk mereka berkembang dan mengukir prestasi di dunia esports. Ke depannya, semoga dunia esports Indonesia dapat semakin inklusif, memberikan kesempatan yang adil bagi semua atlet, terlepas dari jenis kelamin.